Tampilkan postingan dengan label Hikayat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikayat. Tampilkan semua postingan

Ali bin Abi Thalib: Keberanian dan Kecerdasan

Mukadimah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah, serta shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Isi

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ. Beliau adalah sepupu Nabi dan juga menantu beliau setelah menikahi Fatimah az-Zahra. Sejak kecil, Ali telah menunjukkan keberanian dan kecerdasan yang luar biasa.

Ketika Rasulullah ﷺ menerima wahyu pertama, Ali adalah salah satu orang pertama yang masuk Islam, meskipun usianya masih sangat muda. Keberaniannya semakin terlihat saat Rasulullah ﷺ berhijrah ke Madinah. Beliau rela tidur di tempat tidur Nabi untuk mengelabui kaum Quraisy yang ingin membunuh Rasulullah.

Allah mengabadikan peristiwa ini dalam firman-Nya:

> وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ >

"Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS. Al-Baqarah: 207)

Keberanian Ali juga tercermin dalam perang-perang besar Islam. Dalam Perang Khaybar, Rasulullah ﷺ bersabda:

> لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ >

"Besok aku akan memberikan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah serta Rasul-Nya mencintainya." (HR. Bukhari & Muslim)

Bendera itu akhirnya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib, yang kemudian berhasil menaklukkan benteng Khaybar dengan keberanian dan kecerdasannya.

Selain keberanian, Ali juga dikenal sebagai sosok yang sangat bijaksana dan berilmu. Rasulullah ﷺ bersabda:

> أَنَا مَدِينَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا >

"Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." (HR. Tirmidzi)

Ali bin Abi Thalib juga menjadi khalifah keempat setelah wafatnya Utsman bin Affan. Kepemimpinannya penuh dengan tantangan, tetapi beliau tetap teguh dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.

Refleksi

Hadirin sekalian, kisah Ali bin Abi Thalib mengajarkan kita pentingnya keberanian dalam mempertahankan kebenaran serta terus mencari ilmu untuk memperkuat iman kita.

Penutup

Semoga kita dapat meneladani keberanian dan kecerdasan Ali bin Abi Thalib dalam menegakkan agama Islam.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0

Utsman bin Affan: Kedermawanan yang Luhur

Mukadimah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pemurah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya.

Isi

Hadirin sekalian, hari ini kita akan membahas tentang sosok Utsman bin Affan, seorang sahabat yang dikenal karena kedermawanannya yang luar biasa.

Ketika kaum Muslimin di Madinah mengalami kesulitan air, Utsman membeli sumur Raumah dari seorang Yahudi dan menghibahkannya kepada umat Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:

> مَنْ اشْتَرَى بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ >

"Barang siapa membeli sumur Raumah, maka Allah akan memberinya surga." (HR. Tirmidzi)

Selain itu, Utsman juga berperan besar dalam pembiayaan pasukan Islam, terutama dalam Perang Tabuk. Saat Rasulullah ﷺ meminta umat Islam untuk berinfak, Utsman menyumbangkan 300 ekor unta dan banyak harta lainnya. Rasulullah ﷺ pun bersabda:

> مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا فَعَلَ بَعْدَ الْيَوْمِ >

"Tidak ada yang akan membahayakan Utsman setelah hari ini." (HR. Tirmidzi)

Allah juga memuji orang-orang yang bersedekah dalam firman-Nya:

> مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍۢ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ >

"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai..." (QS. Al-Baqarah: 261)

Refleksi

Hadirin sekalian, kisah Utsman bin Affan mengajarkan kita bahwa kekayaan dunia seharusnya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membantu sesama.

Penutup

Semoga kita diberi hati yang lapang dalam bersedekah seperti Utsman bin Affan. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0

TIGA PERTANYAAN IMAM SYAFI'I UNTUK MENGHINDARI SIFAT UJUB

Berikut adalah naskah kultum yang relevan dengan tema Tiga Pertanyaan Imam Syafi'i untuk Menghindari Sifat Ujub.


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tiga pertanyaan Imam Syafi'i yang dapat membantu kita menghindari sifat ujub—yaitu perasaan bangga diri yang berlebihan hingga melupakan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah.

Imam Syafi'i, seorang ulama besar, mengajukan tiga pertanyaan reflektif:

  1. Ridha siapa yang kamu cari?

    • Apakah kita beramal untuk mendapatkan ridha Allah atau sekadar pujian manusia?
    • Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
      قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
      "Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An’am: 162)
  2. Kenikmatan seperti apa yang kamu harapkan?

    • Apakah kita menginginkan balasan duniawi atau kenikmatan abadi di akhirat?
    • Rasulullah ﷺ bersabda:
      مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
      "Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kemiskinan selalu di depan matanya, dan ia tidak akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. Namun, barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk." (HR. Ibnu Majah)
  3. Siksa seperti apa yang kamu takutkan?

    • Apakah kita lebih takut kehilangan status dan pengakuan manusia, atau takut akan azab Allah?
    • Allah berfirman:
      فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ وَآثَرَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا فَإِنَّ ٱلْجَحِيمَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
      "Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya." (QS. An-Nazi’at: 37-39)

Kisah Nyata: Abdullah Al-Qashimi dan Bahaya Ujub

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Ada sebuah kisah nyata yang bisa menjadi pelajaran bagi kita tentang bahaya ujub. Abdullah Al-Qashimi adalah seorang ulama yang awalnya dikenal sebagai pembela Islam dan Ahlus Sunnah. Ia menulis banyak kitab yang membela dakwah Islam dan bahkan mendapatkan pujian dari para ulama.

Namun, seiring waktu, ia mulai merasa bangga diri dengan ilmunya dan mencari ketenaran. Ia mulai meragukan ajaran Islam dan akhirnya tersesat dalam pemikiran atheisme. Di akhir hayatnya, ia tidak diketahui bertaubat dan meninggal dalam keadaan jauh dari Islam.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa ujub bisa membawa seseorang kepada kesombongan dan akhirnya menjauh dari kebenaran. Rasulullah ﷺ bersabda:

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
"Tiga perkara yang membinasakan: rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR. At-Thabrani)

Penutup

Dari tiga pertanyaan Imam Syafi'i dan kisah nyata di atas, kita belajar bahwa segala amal harus dilandasi keikhlasan, mengharap ridha Allah, bukan sekadar pujian manusia. Kita harus lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, serta selalu takut akan azab Allah, bukan sekadar takut kehilangan status di mata manusia.

Semoga kita semua dijauhkan dari sifat ujub dan senantiasa menjadi hamba yang rendah hati serta ikhlas dalam beramal.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber & Referensi

  • Al-Qur’an: QS. Al-An’am: 162, QS. An-Nazi’at: 37-39
  • Hadis: HR. Ibnu Majah, HR. At-Thabrani
  • Kisah Abdullah Al-Qashimi
  • majelistabligh.id

Semoga naskah kultum tentang TIGA PERTANYAAN IMAM SYAFI'I UNTUK MENGHINDARI SIFAT UJUB bermanfaat!
Jangan lupa kunjungi blog ini untuk mendapat update naskah kultum yang lain. 😊

0

Umar bin Khattab: Perubahan dari Keburukan Menuju Kebaikan

Mukadimah 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya.

Isi

Hadirin sekalian, kisah Umar bin Khattab adalah bukti bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja. Sebelum masuk Islam, Umar adalah salah satu musuh utama Rasulullah. Namun, dalam perjalanan menuju rumah Rasulullah, seseorang memberitahunya bahwa adiknya telah masuk Islam. Dengan marah, ia bergegas ke rumah saudari perempuannya. Di sana, Umar mendengar bacaan Al-Qur'an yang menggugah hatinya:

> ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۚ فِيهِ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

"Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 2)

Ayat ini menyentuh hati Umar hingga ia menangis dan akhirnya masuk Islam. Setelah itu, ia menjadi pilar kekuatan bagi umat Islam. Bahkan Rasulullah ﷺ bersabda:

> لَوْ كَانَ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرَ

"Seandainya ada Nabi setelahku, maka dia adalah Umar." (HR. Ahmad)

Keberanian dan keadilan Umar juga terlihat saat ia menjadi khalifah. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan tidak membiarkan ketidakadilan terjadi.

Refleksi

Hadirin sekalian, kisah Umar bin Khattab mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Jangan pernah merasa bahwa dosa kita terlalu besar untuk mendapatkan ampunan Allah. Sebaliknya, jadikan masa lalu sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik.

Penutup

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk berubah menuju kebaikan, sebagaimana Umar bin Khattab berubah dari musuh Islam menjadi salah satu pemimpin terbaik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0

Abu Bakar Ash-Shiddiq: Keteladanan dalam Kesetiaan dan Pengorbanan

Mukadimah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Isi

Hadirin sekalian, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat yang paling setia kepada Rasulullah ﷺ. Kesetiaannya terbukti dalam peristiwa hijrah, ketika beliau rela menemani Rasulullah ke Madinah meskipun perjalanan tersebut penuh bahaya. Bahkan saat di dalam gua Tsur, Abu Bakar begitu khawatir akan keselamatan Nabi hingga ia berkata, "Wahai Rasulullah, andai mereka melihat ke bawah, niscaya mereka akan menemukan kita!"

Lalu Rasulullah ﷺ menenangkannya dengan firman Allah:

> لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا >

"Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." (QS. At-Taubah: 40)

Selain itu, Abu Bakar juga dikenal sebagai sahabat yang paling banyak berkorban demi Islam. Dalam suatu kesempatan, Rasulullah ﷺ meminta sahabat-sahabatnya untuk bersedekah di jalan Allah. Umar bin Khattab membawa setengah dari hartanya, sementara Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Ketika Rasulullah bertanya, "Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?"

 Beliau menjawab, "Aku meninggalkan mereka Allah dan Rasul-Nya."

Refleksi

Hadirin, kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa cinta dan kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Abu Bakar tidak sekadar seorang pemimpin, tetapi simbol pengorbanan sejati.

Penutup

Semoga Allah menjadikan kita umat yang senantiasa setia kepada agama-Nya. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0

Meneladani Sirah Nabawiyah: Perjalanan Hidup Nabi Muhammad ﷺ

Meneladani Perjalanan Hidup Nabi Muhammad ﷺ

Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad ﷺ, hikmah.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hadirin yang dirahmati Allah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas Sirah Nabawiyah, perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ, yang menjadi sumber inspirasi bagi setiap Muslim. Sirah Nabawiyah bukan hanya sejarah, tetapi juga cerminan akhlak mulia dan perjuangan dakwah yang penuh hikmah.

Nabi Muhammad ﷺ: Sejak Yatim Hingga Rasulullah

Nabi Muhammad ﷺ lahir dalam keadaan yatim, sebagaimana Allah berfirman:

> "Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" > (QS. Ad-Duha: 6)

Sejak kecil, beliau dikenal sebagai pribadi yang jujur dan amanah. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, beliau telah mendapat gelar Al-Amin, karena kepercayaan masyarakat terhadap dirinya.

Turunnya Wahyu dan Perjuangan Dakwah Rasulullah

Ketika wahyu pertama turun di Gua Hira, beliau merasakan ketakutan dan kegelisahan. Namun, Khadijah radhiyallahu ‘anha menenangkan dengan berkata:

> "Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung tali silaturahmi, membantu orang yang kesulitan, memuliakan tamu, dan menolong orang yang tertimpa musibah." > (HR. Bukhari)

Perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ penuh dengan ujian. Pemboikotan di Makkah, hijrah ke Madinah, hingga berbagai peperangan dalam mempertahankan agama Allah menunjukkan keteguhan hati beliau.

Allah memuji akhlak beliau dalam firman-Nya:

> "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." > (QS. Al-Qalam: 4)

Mengambil Hikmah dari Sirah Nabawiyah

Hadirin sekalian, dari perjalanan hidup Rasulullah ﷺ, kita dapat mengambil banyak pelajaran, antara lain:

Kesabaran dalam menghadapi ujian hidup

Kejujuran sebagai kunci kesuksesan

Keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran

Akhlak mulia dalam berinteraksi dengan sesama

Mari kita jadikan Rasulullah ﷺ sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari agar kita menjadi umat yang dicintai Allah.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0

Allah senantiasa Mengawasi Kita

Haloo, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pembaca yang budiman, kali ini admin mencoba menampilkan naskah kultum/ khitobah singkat. Naskah di bawah ini dapat kalian gunakan dan sesuaikan lagi dengan selera kalian.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang pertama dan utama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang masih memberikan banyak sekali nikmat kepada kita. Nikmat sehat, nikmat sempat, nikmat iman, dan Islam, sehingga kita dapat berkumpul di majlis yang mulia ini dalam keadaan sehat wal 'afi'at.

Mari setidaknya kita ucapkan kalimat tahmid untuk mensyukuri nikmat-nikmat tersebut.

Yang kedua, sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju ke zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua masuk dalam golongan yang menerima syafaat beliau kelak di hari akhir, kiamat nanti. Aamiin aamiin ya robbal 'alamiin.

Marilah kita lantunkan sholawat.

Jama'ah rahimakumullah,

Pada zaman modern ini, dimana teknologi semakin canggih serta maju, tidak jarang manusia menjadi kehilangan arah. Seharusnya perkembangan teknologi dapat kita manfaatkan untuk kegiatan yang baik dan positif sehingga menambah ketaatan kita pada Allah.

Namun sayang, perkembangan teknologi justru membuat kita lalai mendekatkan diri pada Allah. Banyak dari kita justru semakin menjauh dan sibuk memikirkan urusan duniawi. Kita lupa akan tugas kita sebenarnya yakni beribadah kepada Allah.

Sebagai manusia yang diberi akal oleh Allah, seharusnya kita memanfaatkan akal dan kecanggihan teknologi untuk berlomba-lomba menyebarkan kebaikan. Seperti yang kita ketahui, kita bisa menyebarkan banyak hal baik melalui sosial media, internet ke seluruh dunia dengan cepat dan mudah.

Ketika kita menyebarkan kebaikan, maka kebaikan tersebut berpotensi menjadi amal jariyah. Begitu pula sebaliknya, jika kita menyebarkan keburukan, maka kita akan mendapat dosa jariyah yang terus mengalir meskipun kita telah meninggal dunia serta menjadi contoh buruk bagi generasi berikutnya.

Ketika kita sukarela berbuat dan menyebar kebaikan, bukan hanya pahala yang kita dapatkan, tetapi ampunan dari Allah. Allah akan senantiasa membalas seluruh perbuatan kita tanpa terkecuali, sebab Allah selalu mengawasi apa yang kita perbuat. Baik itu perbuatan yang buruk atau perbuatan yang baik.

Oleh karena itu kita harus selalu melakukan kebaikan, meskipun tidak ada orang yang melihat. Karena Allah dan malaikat-Nya selalu melihat serta mengawasi apapun yang kita lakukan.

Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasul:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu."

Dari riwayat tersebut, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa ketika kita ingin berbuat baik, maka jangan menunggu agar dilihat oleh banyak orang. Justru lebih bagus, jika kita ikhlas dalam berbuat baik, tidak mengharapkan apapun, tidak pula sanjungan dari orang lain, cukup Allah saja yang mengetahui.

Ketika kita berbuat kebaikan, misal bersedekah di depan orang lain. Dikhawatirkan muncul rasa sombong dalam diri kita. Oleh karena itu, sedekah sebaiknya dilakukan secara sembunyi-bunyi atau ketika tidak banyak orang.

Semoga kita senantiasa ingat dan dimudahkan untuk melakukan kebaikan tanpa mengharap imbalan apapun dan penuh keikhlasan.

Demikianlah kultum singkat yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjadi catatan amalan serta pelajaran bagi kita semua dalam melakukan kebaikan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Demikian contoh naskah kultum/khitobah singkat tentang Allah senantiasa Mengawasi Kita. Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

0

4 Contoh Naskah Kultum Penuh Makna

Assalamu'alaikum

Setiap hari, umat Islam dianjurkan untuk melakukan amalan yang bisa menambah pahala. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada sang khalik. Salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan adalah kultum atau kuliah tujuh menit yang bisa disaksikan melalui siaran televisi, atau saat melaksanakan ibadah salat jamaah. 

Sesuai dengan namanya, kultum disampaikan dengan durasi yang terbatas. Hampir serupa dengan ceramah, kultum relatif lebih singkat. Tak hanya itu, jarang juga diadakan sesi tanya jawab. Maka dari itu, kultum bersifat komunikasi searah. 

Berkaitan dengan hal tersebut, kali ini admin akan memberikan sejumlah contoh kultum 7 menit yang bisa dijadikan referensi pembaca jika suatu saat diminta untuk menyampaikan ceramah/ kultum. 

Berikut daftarnya:

  • Allah senantiasa Mengawasi Kita [Sumber: Sonora]
  • Allah Maha Berkehendak [Sumber: SMSTauhiid] 
  • Yakinlah dengan Janji Allah [Sumber: SMSTauhiid]
  • Jangan Sibuk Memikirkan Nikmat

Sumber: Katadata.co.id

Semoga bermanfaat,

Wassalamu'alaikum

0

Naskah Cerita Islami untuk SD

Haloo, Assalamu'alaikum,

Adik-adik yang sedang mencari contoh naskah untuk cerita islami/ khitobah. Kalian bisa menggunakan naskah di bawah ini. Tentu bisa disesuaikan lagi dengan selera kalian.

Cerita ini kakak ambil dari buku SKI kelas 4 SD. 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraakaatuuh
Perkenalkan saya ... dari kelas .... 
Tidak hanya Nabi Muhammad Saw yang mendapat tentangan dalam berdakwah. Serangan, penghinaan, bahkan penyiksaan juga dialami oleh para sahabat maupun keluarga beliau seperti Siti Khadijah, Abu Bakar, Fatimah, Ibnu Mas’ud, Keluarga Sumayyah, Arqam bin Abil Arqam, maupun Bilal bin Rabbah.
Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan kisah ketabahan Abu Bakar as-Shiddiq dalam mendampingi dakwah Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar adalah putra Abi Quhafah. Ia termasuk orang terkemuka kaum Quraisy yang pertama masuk islam. Usianya sebaya dengan Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar selalu setia mendampingi dan melindungi Rasulullah dari serangan kaum kafir Quraisy yang terjadi berulang-ulang.
Suatu hari, saat Nabi Muhammad Saw beribadah di Ka’bah, beliau didatangi beberapa orang kafir Quraisy yang langsung menyerang Nabi Saw. Beruntunglah ada Abu Bakar yang sigap membantu beliau dan terjadilah perkelahian di antara mereka.
Akhirnya Rasulullah dan Abu Bakar berhasil mengusir kaum kafir Quraisy. Namun Rasulullah dan Abu Bakar mengalami luka-luka.
Teman-teman, kisah tadi mengajarkan kita untuk meneladani sifat Rasulullah dan para sahabat yakni tidak mudah menyerah, marah, bahkan takut ketika dihina, diejek, diserang, bahkan dibully.
Ubur-ubur ikan lele jangan kabur kalau tidak salah leee ...
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraakaatuuh

Semoga bermanfaat, untuk naskah lain menyusul.

Wassalamu'alaikum

0

Kisah Sayyidina Umar RA dan Tobatnya Pemabuk

Suatu hari Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khattab melewati sebuah jalan di Kota Madinah. Ia berjumpa dengan beberapa orang dalam perjalanan tersebut. Di suatu jalan ia berpapasan dengan seorang pemuda. Sebuah botol di balik pakaiannya tampak dari luar. 

“Anak muda, apa yang kaubawa di balik pakaianmu?” tanya Sayyidina Umar bin Khattab. 

Kisah Sayyidina Umar RA

Pemuda itu terdiam. Ia membawa sebuah botol yang berisi khamar. Ia panik dan bingung harus menjawab apa. Tetapi untuk menjawab dengan jujur “Khamar”, ia–meski mabuk menjadi kesehariannya–pun merasa sungkan dan malu.

Ia lalu berdoa dalam hati. “Ya Allah, jangan Kaupermalukan aku di hadapan Umar. Jangan Kaubuka rahasiaku. Tutupi rahasiaku di hadapannya. Aku bersumpah tidak akan meminum khamar selamanya,” kata pemuda dengan hati penuh harapan.

Pemuda ini lalu membuka mulut. “Wahai Amirul Mukminin, yang kubawa adalah cuka,” katanya.

“Perlihatkan agar dapat kulihat,” kata Sayyidina Umar RA. Pemuda ini menyerah pasrah. Ia mengeluarkan botol dari balik pakaiannya. Ia membukanya di hadapan Sayyidina Umar.

Keduanya menyaksikan cuka yang menjadi isi botol, bukan khamar.

Pemuda ini bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan mukanya di hadapan Sayyidina Umar. Ia menepati sumpahnya. Ia menjadi orang baik yang meninggalkan sama sekali minumannya.

***

Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali ketika membahas bab tobat dalam karyanya Mukasyafatul Qulub (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H), halaman 27-28.

Imam Al-Ghazali kemudian mengulasnya secara singkat.

“Perhatikan makhluk yang bertobat kepada Allah karena malu dan sungkan kepada makhluk lainnya. Karena keikhlasannya dalam bertobat, Allah mengganti khamarnya menjadi cuka. Seandainya seorang durjana yang tidak pernah berbuat baik itu bertobat nasuha dan menyesali perbuatannya, niscaya Allah mengganti ‘khamar’ kemaksiatannya dengan ‘cuka’ ketaatan,” kata Imam Al-Ghazali.

Adapun tobat, kata Imam Al-Ghazali, adalah kewajiban bagi setiap muslim. Ketentuan wajib ini dapat ditemukan dalam Surat At-Tahrim ayat 8, Surat Al-Hasyr ayat 18, dan banyak anjuran tobat dalam hadits-hadits Rasulullah SAW.

Wallahu a’lam.

(Alhafiz Kurniawan)

0