Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aqidah. Tampilkan semua postingan

Kisah Sayyidina Umar RA dan Tobatnya Pemabuk

Suatu hari Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khattab melewati sebuah jalan di Kota Madinah. Ia berjumpa dengan beberapa orang dalam perjalanan tersebut. Di suatu jalan ia berpapasan dengan seorang pemuda. Sebuah botol di balik pakaiannya tampak dari luar. 

“Anak muda, apa yang kaubawa di balik pakaianmu?” tanya Sayyidina Umar bin Khattab. 

Kisah Sayyidina Umar RA

Pemuda itu terdiam. Ia membawa sebuah botol yang berisi khamar. Ia panik dan bingung harus menjawab apa. Tetapi untuk menjawab dengan jujur “Khamar”, ia–meski mabuk menjadi kesehariannya–pun merasa sungkan dan malu.

Ia lalu berdoa dalam hati. “Ya Allah, jangan Kaupermalukan aku di hadapan Umar. Jangan Kaubuka rahasiaku. Tutupi rahasiaku di hadapannya. Aku bersumpah tidak akan meminum khamar selamanya,” kata pemuda dengan hati penuh harapan.

Pemuda ini lalu membuka mulut. “Wahai Amirul Mukminin, yang kubawa adalah cuka,” katanya.

“Perlihatkan agar dapat kulihat,” kata Sayyidina Umar RA. Pemuda ini menyerah pasrah. Ia mengeluarkan botol dari balik pakaiannya. Ia membukanya di hadapan Sayyidina Umar.

Keduanya menyaksikan cuka yang menjadi isi botol, bukan khamar.

Pemuda ini bersyukur kepada Allah yang telah menyelamatkan mukanya di hadapan Sayyidina Umar. Ia menepati sumpahnya. Ia menjadi orang baik yang meninggalkan sama sekali minumannya.

***

Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali ketika membahas bab tobat dalam karyanya Mukasyafatul Qulub (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2019 M/1440 H), halaman 27-28.

Imam Al-Ghazali kemudian mengulasnya secara singkat.

“Perhatikan makhluk yang bertobat kepada Allah karena malu dan sungkan kepada makhluk lainnya. Karena keikhlasannya dalam bertobat, Allah mengganti khamarnya menjadi cuka. Seandainya seorang durjana yang tidak pernah berbuat baik itu bertobat nasuha dan menyesali perbuatannya, niscaya Allah mengganti ‘khamar’ kemaksiatannya dengan ‘cuka’ ketaatan,” kata Imam Al-Ghazali.

Adapun tobat, kata Imam Al-Ghazali, adalah kewajiban bagi setiap muslim. Ketentuan wajib ini dapat ditemukan dalam Surat At-Tahrim ayat 8, Surat Al-Hasyr ayat 18, dan banyak anjuran tobat dalam hadits-hadits Rasulullah SAW.

Wallahu a’lam.

(Alhafiz Kurniawan)

0

Kisah Penyesalah Sya'ban RA

Bismillahirrahmaanirrahiim ...

Kisah seorang sahabat Rasulullah Sya’ban yang menyesal saat sakaratul maut, dimana dikisahkan Sya'ban ini memiliki kebiasaan unik, dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah, Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiap shalat berjamaah dan I’tikaf.

"Alasannya selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid, kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri",

Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban pada posisi seperti biasanya, Rasulullah pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihatnya.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban, namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah, hingga shalat Subuh selesai Sya’ban belum datang juga.

"Selesai shalat Subuh Rasulullah pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Karena tidak ada yang menjawab maka Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban.

"Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya itu, kira-kira 3 jam perjalanan Rasulullah dan para sahabatpun sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha, di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam".

Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.
“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”.

“Innalilahi Wainnailaihiraji’un”, jawab semuanya.
"Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya.

Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat, kami semua tidak paham apa maksudnya”.

Kemudian Rasulullah bertanya “Apa saja kalimat yang diucapkannya?”.
Dimasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.

Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, Rasulullah menyampaikan perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah, bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah, apa yang dilihat oleh Sya’ban dan orang yang sakaratul maut tidak bisa disaksikan yang lain.

"Dalam padangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalat berjamah lima waktu, perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat, dalam tayangan itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid," ujarnya.

Saat sakaratul maut tersebut Sya’ban melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya, saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul penyesalan dalam diri Sya’ban, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.

"Kemudian Lebih lanjut saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang, dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya, dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar".

Ketika dalam perjalanan menuju masjid Sya'ban menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan, Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut.

"Sya’ban pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban, jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru".

Sya’ban melihat lagi suatu adegan, saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu, ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan, "melihat hal itu, Sya’ban merasa iba, Ia kemudian membagi dua rotu tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudian mereka makan bersama-sama, Allah memperlihatkan Sya’ban dengan surga yang indah".

"Ketika melihat itupun Sya’ban teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!” Sya’ban kembali menyesal, seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, pasti dia akan mendapat surga yang lebih indah, Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali mengapa tidak memberikan semua rotinya".

Hikmah kisah Sya'ban RA

Mari anak-anak kita meneladani kisah Sya'ban ini dalam kehidupan sehari-hari dengan terus berusaha untuk selalu melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah serta selalu berbuat baik kepada sesama dan bersedekah dengan harta yang terbaik.

"Sesungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mati, akan menyesal dan tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda kematiannya, karena pada saat sakaratul maut nantinya kita akan diperlihatkan dengan jelas balasan dari semua perbuatan kita di dunia, walaupun kita meminta untuk ditunda sesaat karena ingin berbuat baik dan bersedekah, namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan".

0

Belajar berterima kasih & rendah hati | Aqidah Kelas 2 |

Assalamu'alaikum wr wb,

Selamat pagi anak-anak semuanya, kali ini kita akan mempelajari materi Aqidah Akhlak untuk kelas 2 SD/ MI tentang Belajar berterima kasih & rendah hati.

Mari kita simak bersama, rangkuman materi serta video pembahasannya di akhir artikel ini. 

Silahkan ... 

Berterima kasih

Berterima Kasih

1. Makna Berterima Kasih

  • Berterima kasih adalah ungkapan yang sederhana tetapi banyak yang sulit melakukannya. 
  • Ketika kita mendapat kesulitan lalu datang pertolongan, hendaknya kita bersyukur dengan mengucap terima kasih.
  • Berterima kasih dilakukan setiap saat tanpa Batasan waktu dan tempat. 

2. Contoh Sikap Berterima kasih 

  • Berterima kasih secara lisan. 
  • Bersyukur kepada Allah setiap saat. 
  • Mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah. 
  • Taat dan patuh pada orang tua dan guru. 
  • Gemar bersedekah. 

3. Hikmah Berterima kasih 

  • Menjadikan kita lebih bersyukur atas nikmat Allah.
  • Allah akan menambah nikmat dan berkahnya.
  • Lebih mudah menghargai orang lain.
  • Dihargai dan disenangi teman.
  • Disayang orang tua dan guru.

Sikap Rendah Hati

1. Makna dari Rendah hati

  • Rendah hati adalah sikap tidak meremehkan apa yang dimiliki.
  • Sikap rendah hati adalah lawan dari sikap sombong.
  • Sombong/ congkak disebut takabur.
  • Rasulullah adalah contoh teladan dalam bersikap rendah hati.

2. Tanda-tanda orang yang Rendah hati

  • Tidak menonjolkan diri kepada sesama manusia.
  • Selalu menghormati yang lebih tua.
  • Ramah dengan semua orang.
  • Mau berbaur dengan orang lain tanpa membeda-bedakan.

3. Contoh Perilaku Rendah hati

  • Tidak pernah menghina teman dalam keadaan apapun.
  • Suka menolong orang yang membutuhkan.
  • Tidak pernah pamer harta ataupun mainannya.
  • Tidak mengharap imbalan saat menolong orang lain.

4. Hikmah Sikap Rendah hati

  • Mendapat pahala dan ridlo dari Allah.
  • Menjauhkan diri dari sikap sombong.
  • Diangkat derajatnya oleh Allah Swt.
  • Selalu memberikan manfaat kepada orang lain.

Untuk lebih jelasnya, anak-anak bisa menyaksikan video berikut.

Jangan sungkan untuk bertanya jika ada hal yang belum anak-anak pahami.

Terimakasih, 

Wassalamu'alaikum wr wb ...

0