🕊️ Cerita Penuh Hikmah: Tsalabah dan Taubat yang Menembus Langit

Di kota Madinah yang bersinar dengan cahaya kenabian, hidup seorang sahabat mulia bernama Tsalabah bin Abdul Rahman رضي الله عنه. Ia berasal dari kaum Anshar, dan menjadi pelayan setia Rasulullah ﷺ—bukan hanya dalam tugas, tapi juga dalam cinta kepada dakwah dan keimanan.

kisahtsalabah bin abdur rahman

Suatu hari, ketika menjalankan sebuah urusan di luar kota, Tsalabah berjalan melewati lorong-lorong kampung yang sunyi. Tanpa sengaja, matanya tertuju kepada seorang wanita Anshar yang tengah mandi di halaman rumahnya. Tsalabah tersentak. Pandangan itu tak disengaja, namun hati seorang mukmin yang peka tak bisa mengabaikannya.

Ia ketakutan—bukan karena dilihat manusia, tapi karena diketahui oleh Allah ﷻ. Ia membayangkan wahyu akan turun mengungkap dosa kecilnya. Ia tak berani kembali. Maka ia pergi... jauh ke pegunungan, menyepi, menangis, dan beristighfar selama 40 hari penuh, tanpa teman selain tangis dan doa.

🌿 Taubat yang Menyentuh Langit

Malaikat Jibril عليه السلام pun turun membawa wahyu kepada Rasulullah ﷺ. "Wahai Muhammad," kata Jibril, "Tsalabah berada di pegunungan, memohon ampun kepada Rabb-nya." Rasulullah ﷺ segera mengutus sahabat Anshar untuk mencarinya. Saat mereka menemukannya, tubuh Tsalabah kurus, matanya sembab, namun ruhnya bercahaya.

Ia dibawa pulang ke Madinah. Di sana, Rasulullah ﷺ tengah memimpin shalat berjamaah. Tsalabah bergabung, namun memilih berdiri paling belakang, menunduk, tak ingin terlihat, apalagi menatap wajah Rasul yang ia rindukan.

Begitu Rasulullah ﷺ membacakan ayat:

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)

Tsalabah pun jatuh pingsan. Usai shalat, Rasulullah ﷺ menghampiri dan bertanya:

"Apa yang membuatmu pergi dariku, wahai Tsalabah?" Ia menjawab dengan suara lirih: "Dosaku, ya Rasulullah."

Rasulullah ﷺ mencoba menguatkan hatinya:

"Bukankah aku pernah menyampaikan ayat yang menghapus dosa-dosa?"

Tsalabah berkata: "Ya Rasulullah, dosaku terlalu besar."

Nabi ﷺ menenangkan: "Kalam Allah lebih besar daripada dosamu."

🌙 Ketika Malaikat Datang Menyambut

Hari demi hari berlalu. Tsalabah jatuh sakit, tubuhnya lemah, namun hati tetap gemetar oleh rasa takut kepada Allah. Ketika Rasulullah ﷺ menjenguknya, ia terus menggeser kepalanya dari pangkuan Rasul ﷺ.

"Mengapa kamu memalingkan kepala?" "Karena kepala ini penuh dosa."

"Apa yang kamu keluhkan?" "Seperti semut merayap di tulang, daging, dan kulitku."

"Apa yang kau inginkan?" "Ampunan Rabbku."

Maka turunlah wahyu:

"Andaikata hamba-Ku ini datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi, Aku akan menyambutnya dengan ampunan sepenuh bumi pula."

Begitu mendengar wahyu tersebut, Tsalabah memekik, menyeru nama Allah… lalu meninggal dunia.

🏞️ Kepergian yang Mulia

Rasulullah ﷺ memerintahkan agar jenazahnya dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Saat mengantar jenazahnya ke pemakaman, beliau ﷺ berjalan berjingkat.

Salah satu sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, mengapa engkau berjalan seperti itu?" Beliau ﷺ menjawab:

"Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, aku tidak sanggup meletakkan kakiku di tanah. Begitu banyak malaikat yang turun melayat Tsalabah."

🌟 Hikmah dari Kisah Tsalabah

  • Ketidaksengajaan pun bisa menjadi pintu taubat, jika diiringi kesadaran dan penyesalan tulus.
  • Tsalabah termasuk orang muhsin, yang menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, dan yakin bahwa Allah ﷻ melihat semua amalnya.
  • Ampunan Allah lebih besar dari dosa-dosa kita.
  • Malaikat pun memuliakan hamba yang bertobat—taubat yang tulus menembus langit dan diiringi malaikat di jalan ke liang kubur.

📚 Referensi

  • Al-Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir
  • Ashhabu Rasulillah oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri
  • Beberapa tafsir klasik dan koleksi ceramah yang mengangkat kisah sahabat Tsalabah bin Abdul Rahman رضي الله عنه

Semoga kisah ini menggerakkan hati kita untuk selalu kembali kepada Allah. Bila Tsalabah menangis 40 hari karena pandangan tak sengaja, bagaimana dengan kita yang sering lalai dengan sengaja?

Taubatlah… sebelum ajal menjemput.

Wallahu a’lam bis shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama