🌙 Kultum: Roti Kecil dan Cinta Besar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jamaah yang dirahmati Allah, Hari ini saya ingin mengajak kita merenung sejenak melalui kisah yang sangat menyentuh dari keluarga Rasulullah ﷺ—Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az-Zahra, dan dua putra mereka, Hasan dan Husain.
Sore itu, di sebuah rumah sederhana, Hasan dan Husain terbaring lemah karena demam. Fatimah berdoa dengan penuh harap, “Ya Allah, jangan ambil senyum mereka dariku.” Rasulullah ﷺ datang dan menyarankan mereka bernazar: jika anak-anak sembuh, maka berpuasalah tiga hari sebagai rasa syukur.
Dan Allah mengabulkan. Mereka pun berpuasa.
Pada hari pertama, Fatimah hanya mampu membuat tiga roti kecil dari gandum kasar. Tapi menjelang berbuka, seorang miskin mengetuk pintu dan berkata, “Demi Allah, aku tak makan sejak kemarin.” Tanpa ragu, roti itu diberikan. Hasan kecil bertanya, “Ibu… kita makan apa?” Fatimah menjawab, “Air putih saja, sayang. Tapi penuh cinta Allah.”
Subhanallah.
🌾 Hikmah yang Bisa Kita Petik
Keikhlasan dalam Sedekah
Mereka memberi bukan dari kelapangan, tapi dari kekurangan. Ini bukan sekadar sedekah, tapi itsar—mendahulukan orang lain meski diri sendiri butuh.
Di zaman sekarang, kita sering menunggu “cukup dulu” baru mau berbagi. Padahal, keikhlasan justru diuji saat kita sedang sempit.
Kekuatan Nazar dan Syukur
Ali dan Fatimah bernazar sebagai bentuk syukur. Ini menunjukkan bahwa rasa terima kasih kepada Allah bisa diwujudkan dalam amal nyata.
Kita bisa meniru dengan bernazar untuk memperbaiki diri: “Jika Allah mudahkan urusanku, aku akan bantu orang lain,” misalnya.
Pendidikan Tauhid Sejak Dini
Hasan dan Husain ikut bernazar meski masih kecil. Ini menunjukkan bahwa pendidikan iman bisa dimulai sejak dini, bukan menunggu dewasa.
Di era gadget, mari kita ajarkan anak-anak untuk mengenal Allah bukan hanya lewat teori, tapi lewat pengalaman spiritual di rumah.
🧠 Relevansi untuk Kita Hari Ini
- Di tengah krisis ekonomi, banyak yang merasa tak mampu berbagi. Tapi kisah ini mengingatkan: berbagi bukan soal jumlah, tapi soal hati.
- Saat kita merasa lelah, diuji, atau kehilangan harapan, ingatlah bahwa keluarga Nabi pun diuji. Tapi mereka tetap memilih cinta, sabar, dan syukur.
- Dalam dunia yang serba instan, kisah ini mengajarkan bahwa ketulusan dan pengorbanan adalah nilai yang abadi.
💡 Penutup
Jamaah sekalian, Mari kita jadikan kisah ini sebagai cermin. Apakah kita sudah cukup ikhlas? Sudah cukup sabar? Sudah cukup bersyukur?
Jika belum, jangan putus asa. Karena Allah tidak menilai hasil, tapi usaha. Seperti roti kecil Fatimah, yang mungkin tampak sederhana, tapi di sisi Allah, itu adalah cinta besar.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
📚 Referensi Utama Kisah
Tafsir Al-Kabir karya Imam Fakhruddin Ar-Razi
Dalam tafsir surat Al-Insan (76:8–9), Imam Ar-Razi menukil kisah Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain yang berpuasa tiga hari karena nazar.
Setiap hari mereka memberikan makanan berbuka kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan, lalu berbuka hanya dengan air.
Ayat yang turun sebagai pujian atas mereka:
Asbabun Nuzul Surat Al-Insan
Banyak ulama tafsir seperti Al-Qurtubi dan Al-Tha’labi juga menyebutkan bahwa ayat ini turun sebagai pujian atas keluarga Nabi yang berpuasa dan bersedekah dengan penuh keikhlasan.
Reel Instagram dari akun
Menyajikan kisah ini dengan narasi menyentuh dan visual yang kuat, diambil dari sumber tafsir klasik dan dikemas untuk refleksi modern.