🕊️ Ketegaran Cinta Sayyidina Utsman Mendampingi Ruqayyah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah menjadikan cinta sebagai rahmat, dan kesetiaan sebagai jalan menuju surga. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umat yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Hari ini, mari kita renungkan kisah cinta yang agung—bukan dari dongeng, tapi dari sejarah Islam yang nyata. Kisah Sayyidina Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu dan istrinya, Sayyidah Ruqayyah binti Rasulullah ﷺ.
💍 Cinta yang Teruji oleh Hijrah dan Sakit
Ruqayyah adalah putri Rasulullah ﷺ yang dinikahi oleh Utsman bin Affan, salah satu sahabat yang dijuluki Zun Nurain—pemilik dua cahaya—karena menikahi dua putri Nabi: Ruqayyah dan kemudian Ummu Kultsum.
Ketika kaum muslimin disiksa di Makkah, Utsman dan Ruqayyah termasuk yang pertama kali hijrah ke Habasyah. Mereka meninggalkan harta, tanah kelahiran, dan kenyamanan demi iman. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Utsman adalah orang pertama yang hijrah bersama keluarganya setelah Luth dan Ibrahim.” (HR. Al-Hakim, No. 6849)
Hijrah itu bukan sekadar pindah tempat, tapi bukti cinta yang siap berkorban demi kebenaran.
🛏️ Ketegaran di Tengah Derita
Saat kaum muslimin bersiap menghadapi Perang Badar, Ruqayyah jatuh sakit parah. Utsman meminta izin kepada Nabi ﷺ untuk tidak ikut berperang agar bisa merawat istrinya. Rasulullah ﷺ mengizinkannya dan tetap memberinya bagian dari ghanimah seolah ia ikut berperang.
Bayangkan: di saat para sahabat berangkat ke medan jihad, Utsman memilih jihad yang lain—menjaga dan mendampingi istrinya yang terbaring lemah. Ia tidak mengeluh, tidak mencari alasan, tidak menghindar. Ia hadir, setia, dan tegar.
Tak lama setelah kabar kemenangan Badar tiba, kabar duka pun menyusul: Ruqayyah wafat di usia muda. Utsman memandikan jenazahnya dengan tangannya sendiri, memakamkannya dengan air mata yang tetap menyimpan ketegaran.
📖 Ayat dan Hadist yang Menguatkan
Allah ﷻ berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang paling lembut terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi, No. 1162)
Utsman adalah teladan dari ayat dan hadist ini. Ia menunjukkan bahwa cinta bukan hanya kata, tapi tindakan. Bukan hanya hadir di saat senang, tapi juga bertahan di saat sakit dan kehilangan.
🌱 Relevansi untuk Masa Kini
- Kesetiaan di tengah ujian
- Di era yang serba instan dan mudah menyerah, kisah Utsman mengajarkan bahwa cinta sejati adalah tentang ketegaran dan pengorbanan.
Peran suami sebagai pendamping ruhani
- Utsman tidak hanya menjadi pasangan fisik, tapi juga pendamping ruhani. Ia hadir di saat istrinya membutuhkan kekuatan, bukan hanya materi.
Jihad dalam bentuk cinta dan perawatan
- Merawat pasangan yang sakit adalah bentuk jihad yang tak kalah mulia. Di masa kini, banyak yang lupa bahwa sabar dan hadir adalah ibadah.
Kematian bukan akhir cinta
- Utsman tetap dikenang sebagai suami yang setia, bahkan setelah Ruqayyah wafat. Ini mengajarkan bahwa cinta yang tulus akan hidup lebih lama dari usia manusia.
🏁 Penutup
Mari kita jadikan kisah ini sebagai cermin. Apakah kita sudah menjadi pasangan yang hadir, sabar, dan tegar? Apakah cinta kita sudah menjadi jalan menuju surga?
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita seperti Utsman dan Ruqayyah: saling menguatkan dalam iman, saling mendampingi dalam ujian, dan saling mencintai hingga akhir hayat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
📚 Referensi:
- Kisah Sayyidah Ruqayyah di KisahMuslim.com
- Al-Qur’an Surat Ar-Rum: 21
- Hadist riwayat Al-Hakim No. 6849 dan Tirmidzi No. 1162