🕌 Kekuatan Sejati Ada dalam Kendali Diri
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan berkumpul dalam majelis ilmu. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan kita semua yang terus berusaha meneladani beliau.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Hari ini saya ingin mengajak kita semua merenungkan satu hadits yang sangat indah dan relevan dalam kehidupan kita sehari-hari. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari no. 6114 dan Muslim no. 2609)
Hadits ini muncul di tengah masyarakat Arab yang saat itu menganggap kekuatan fisik sebagai lambang kehebatan. Siapa yang menang dalam duel, dialah yang disebut “syadid”—orang kuat. Tapi Rasulullah ﷺ meluruskan pandangan ini. Beliau mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan pada otot, tapi pada kendali diri.
Bayangkan, betapa sulitnya menahan amarah saat kita disakiti, dihina, atau diprovokasi. Tapi justru di saat itulah, kita diuji: apakah kita bisa menjadi pemenang atas nafsu kita sendiri?
🔹 Contoh sederhana:
- Seorang ayah yang pulang kerja, lelah, lalu anaknya membuat kesalahan. Mudah sekali untuk marah. Tapi ayah yang kuat adalah yang bisa menahan diri, lalu membimbing dengan kasih sayang.
- Seorang ibu yang menghadapi anak rewel, rumah berantakan, dan tetangga cerewet. Tapi ia tetap tersenyum dan sabar. Itulah kekuatan sejati.
🔹 Dalam kehidupan bangsa: Para pejuang kemerdekaan Indonesia bukan hanya kuat secara fisik. Mereka sabar, konsisten, dan menahan amarah meski dijajah bertahun-tahun. Mereka tidak membalas dengan kebrutalan, tapi dengan strategi, diplomasi, dan semangat juang yang luar biasa.
🔹 Dalam kehidupan spiritual: Imam Ghazali berkata, “Musuh terbesar manusia bukan setan, tapi hawa nafsunya sendiri.” Maka, orang yang mampu menahan marah adalah orang yang telah menaklukkan musuh paling berbahaya.
Saudaraku,
Marah itu manusiawi. Tapi Islam tidak melarang marah. Islam mengajarkan cara mengelola marah. Rasulullah ﷺ memberi tips:
- Jika marah saat berdiri, duduklah.
- Jika masih marah, berbaringlah.
- Ambil wudhu, karena marah berasal dari api, dan air memadamkan api.
🔸 Mari kita renungkan: Berapa banyak hubungan rusak karena marah yang tak terkendali? Berapa banyak anak-anak yang trauma karena orang tua tak mampu menahan emosi? Berapa banyak konflik sosial yang bisa dihindari jika kita semua belajar menahan diri?
Saudaraku yang saya cintai karena Allah,
Kekuatan sejati bukan pada suara keras, bukan pada pukulan, bukan pada kemenangan fisik. Tapi pada kesabaran, pengendalian diri, dan kemampuan untuk tetap tenang di tengah badai emosi.
Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata:
“Janganlah kamu merasa tenang dengan jalan yang mudah, karena bisa jadi itu menjauhkanmu dari kebenaran.”
Dan sebagai penutup, mari kita renungkan kutipan dari tokoh anime Luffy:
“Jika jalanmu terlalu mudah, artinya kau berada di jalur yang salah.”
Wallahu a’lam bish-shawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.