Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, penutup para nabi, dan kepada keluarganya serta para sahabatnya.
Pembuka
Jamaah yang dirahmati Allah,
Setiap dari kita pasti pernah merasa berat menjalani hidup: beban ekonomi, fitnah, kehilangan orang tercinta, kegagalan dalam kerja atau pendidikan. Saat itulah kita butuh teladan—dan salah satu teladan terbaik adalah Nabi Musa ‘alaihis salam, seorang nabi yang sejak bayi sudah menghadapi kematian, namun justru dipilih oleh Allah untuk menjadi pemimpin umat.
1. Sejak Lahir, Hidup Nabi Musa a.s. Sudah Terancam
Pada masa itu, Fir’aun mengeluarkan perintah kejam untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil karena takut kehilangan kekuasaan.
Namun Allah berfirman:
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah dia ke sungai, dan janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul.'”
(QS. Al-Qashash: 7)
Atas izin Allah, Musa kecil justru ditemukan oleh istri Fir’aun dan diasuh di istana musuhnya sendiri.
2. Ujian: Bara Api dan Mukjizat
Dalam beberapa riwayat (disebutkan oleh Imam Ibn Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah), dikisahkan bahwa suatu ketika Fir’aun mencurigai Musa kecil memiliki tanda kenabian. Maka dibuatlah ujian: Musa kecil disuruh memilih antara bara api dan roti.
Malaikat Jibril membimbing tangan Musa ke bara api, lalu Musa memasukkan ke mulutnya—sehingga lisannya menjadi kurang fasih. Hal ini dijadikan hikmah mengapa ia memohon kepada Allah:
"Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku."
(QS. Thaha: 27)
💡 Pelajaran: Ujian yang tampak buruk bisa menjadi bagian dari rencana besar Allah untuk meninggikan derajat seseorang.
3. Musa Dewasa: Konflik dan Pelarian
Ketika Musa dewasa, ia melihat seorang Qibthi (kaum Mesir) menindas seorang Bani Israil. Karena membela saudaranya, Musa memukul si Qibthi—hingga meninggal.
"Maka Musa meninju orang itu, lalu matilah dia. Musa berkata: 'Ini adalah perbuatan setan. Sesungguhnya ia musuh yang menyesatkan lagi nyata.'"
(QS. Al-Qashash: 15)
Karena kejadian ini, Musa menjadi buron dan melarikan diri ke negeri Madyan, hidup dalam pengasingan.
4. Di Madyan: Menjadi Pribadi Mandiri dan Menikah
Di Madyan, Musa menolong dua wanita yang kesulitan memberi minum ternak. Karena akhlaknya yang baik, ayah dari kedua wanita itu menikahkan salah satu putrinya dengan Musa dan memintanya bekerja selama 8–10 tahun.
"Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu dari kedua anakku ini..."
(QS. Al-Qashash: 27)
💡 Pelajaran: Kesabaran dan kebaikan membuka pintu rezeki, jodoh, dan tempat aman.
5. Dakwah kepada Fir’aun dan Permohonan Mendampingi Harun
Setelah sekian lama, Allah memerintahkan Nabi Musa a.s. kembali ke Mesir dan menghadapi Fir’aun. Nabi Musa a.s. merasa berat menjalankan sendiri dan memohon agar Harun, saudaranya, membantunya:
Nabi Musa a.s. berdakwah dengan penuh hujjah dan mukjizat: tongkat yang berubah menjadi ular, tangan bercahaya, bahkan laut yang terbelah. Namun Fir’aun tetap menentang."Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku."
(QS. Thaha: 29–30)
6. Setelah Selamat, Kaumnya Justru Mengkhianati
Setelah Allah menenggelamkan Fir’aun di Laut Merah dan menyelamatkan Bani Israil, Nabi Musa a.s. naik ke Bukit Thur selama 40 hari. Namun ketika ia kembali, ia mendapati kaumnya menyembah patung anak sapi buatan Samiri.
Nabi Musa a.s. marah, kecewa, bahkan sempat menarik janggut saudaranya Harun karena mengira Harun membiarkan hal itu terjadi. Namun Nabi Harun a.s. berkata:"Kemudian mereka menjadikan anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian) Musa."
(QS. Al-A’raf: 148)
"Wahai anak ibuku, janganlah engkau pegang janggutku dan kepalaku. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan berkata: 'Kamu telah memecah belah Bani Israil...'"
(QS. Thaha: 94)
💡 Pelajaran: Bahkan Nabi pun bisa dikhianati oleh kaumnya. Namun mereka tetap memilih jalan sabar dan menyatukan umat.
7. Penutup: Refleksi untuk Kita dan Keluarga
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Dari seluruh perjalanan hidup Nabi Musa a.s.—dari ancaman kematian sejak bayi, hidup bersama musuhnya, membunuh tanpa sengaja, diasingkan, dan dikhianati kaumnya—kita belajar bahwa:
- Hidup tidak akan pernah lepas dari ujian
- Allah selalu bersama hamba-Nya yang sabar dan bertawakal
- Orang yang kuat bukan yang tidak pernah jatuh, tapi yang bangkit dan tetap yakin pada Allah
Dan jika kita kaitkan dengan keluarga masa kini, maka:
- Ketika orang tua sedang tertekan, ingatlah ibu Musa—ia tetap percaya pada Allah walau harus melepaskan bayinya.
- Ketika pasangan kita tidak sempurna, ingatlah Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. yang saling menguatkan dalam kelemahan.
- Ketika anak-anak kita mulai melenceng, ingatlah Bani Israil yang sempat tersesat—tapi Nabi Musa a.s. tidak menyerah menasihati mereka.
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
(QS. At-Tahrim: 6)
Maka mari jadikan keluarga kita tempat saling menguatkan dalam iman, bukan hanya tempat tinggal. Jangan putus harapan karena beratnya hidup—karena jalan Nabi Musa a.s. jauh lebih berat, tapi Allah selalu bersamanya.
Doa Penutup
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ، فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ
Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang mendengar nasehat dan mengikuti yang terbaik darinya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
📚 DAFTAR REFERENSI:
- QS. Al-Qashash: 7, 13, 15, 27 – Kisah Musa kecil, pelarian, pernikahan
- QS. Thaha: 25–36, 94 – Permintaan Harun & peristiwa patung sapi
- QS. Al-A’raf: 148 – Bani Israil menyembah anak sapi
- QS. At-Tahrim: 6 – Perintah menjaga keluarga dari neraka
- HR. Bukhari No. 893, Muslim No. 1829 – "Setiap kamu adalah pemimpin..."
- HR. Bukhari-Muslim – Keutamaan sabar (Umum)
- Tafsir Ibn Katsir (Al-Bidayah wan-Nihayah, kisah bara api)
- Tafsir Al-Muyassar – Penjelasan ayat-ayat Musa
